Sebuah cerpen, terinspirasi dari kisah kehidupan wanita2 high quality jomblo metropolitan
“Tidaaaaaaaaaaaaak !!!!” Batinku berteriak kala kuingat kejadian malam itu. Di jajaran bangku ruang bioskop 21, dalam kegelapan dia meremas-remas mesra jari-jari tanganku, sempat sesaat ku menikmati sentuhannya, dalam detakan jantung yang melaju cepat.. Dug.. dug.. dug.. dug.. dan uppsss…!!! aku agak tersentak.. bibirnya berhasil mendarat di pipi mulusku.. Ya Allah, ampuni aku..!! Entah mengapa aku tak bisa berkutik sedikitpun saat itu.. tubuhku mendadak dingin kaku. Otakku seperti orang binggung, tapi aku berusaha tampak ‘baik-baik’ saja.
Laki-laki itu salah satu yang mencoba mendekatiku, sudah hampir 2 thn dia mengejarku. Entahlah, tak bosan2nya Andri menyatakan cintanya padaku. Hingga saat ini hatiku tetap membisu, dalam lubuk yang paling dalam “dia bukan pilihanku”.
Sebagai perempuan lajang 29 thn yang sebatang kara, aku harus mandiri, kuat setegar baja. Apalagi aku hidup di tengah arus kota metropolitan ini, banyak cobaan yang menggoda. Peranggaiku yang supel, murah senyum dan terlalu ramah ini suka disalah artikan orang. Sebenarnya aku hanya ingin memiliki banyak sahabat dan saudara, dan juga aku ingin dihargai banyak orang, agar aku tidak selalu merasa sendiri dan kesepian dalam hidupku, apalagi saat ini ketika kedua orang tua dan adikku telah pergi meninggalkanku karena kecelakaan pesawat itu. Kini akhirnya aku tinggal bersama dengan keluarga bude ku.
Tidak ada laki-laki lain sebelumnya yang berani menyentuhku. Tidak juga kedua pacarku dulu. Aku selalu berusaha menjaga diri. Selalu terngiang-ngiyang wejangan para orang tua bijak kepada anak-anak gadis mereka, “Nak, jadi perempuan itu harus pandai menjadi diri dan kehormatan, sekali kamu kehilangan harga dirimu, selamanya kamu akan menyesal. Jangan pernah mempermalukan keluargamu”. Tapi entahlah apakah kalimat itu masih berlaku bagi seluruh wanita masa kini, apalagi mereka yang hidup di tengah gemerlapnya kota besar seperti Jakarta ini. Yup.. !! Hanya satu alasan yang masih tetap membuatku bertahan, Allah Tuhanku Yang Maha Melihat.. Aku tak sanggup bermaksiat di hadapan-Nya.
Sebagai wanita karir, mapan, bekerja di perusahaan yang bergengsi dan bergaul dengan banyak orang sebenarnya aku sudah tidak kaget lagi dengan maraknya kasus-kasus perzinahan, yang kian hari menjadi hal yang biasa dan tak tabu untuk diperbincangkan. Baik dari skandal perzinahan dengan kekasih gelap sampai dengan skandal perselingkuhan dengan rekan kerja.
Sore itu aku lelah sekali, banyak pekerjaan di kantor yang harus diselesaikan hingga aku harus pulang agak malam. Pak Pram sang manager, memintaku agar dia bisa mengantarku pulang.
“Mel, kamu pulang jam berapa?” tanyanya
“Kira-kira 10 menit lagi pak, tinggal menunggu konfirmasi dari pihak vendor saja mengenai kesalahan2 prosedur aplikasi”
“OK, saya juga akan segera pulang kok. Kamu kelihatan capek sekali, saya akan antar kamu sampai rumah”
“Wah.. Gak usah pak.. saya akan merepotkan Bapak nanti”
“Engaklah.. tempat tinggal saya kan searah dengan rumah mu”
“Hmmm….” Aku binggung, aku memang cukup letih, apa aku harus menolaknya..??
Hubunganku dengan semua rekan kerja termasuk dengan atasan memang cukup dekat. Memang seperti inilah budaya di kantorku, seperti layaknya di instansi-instansi BUMN lainnya, dalam hubungan kerja pun kami memiliki rasa kekeluargaan yang tinggi. Dari makan siang bersama, sampai nebeng pulang bareng teman yang searah, itu sudah hal yang biasa-biasa saja..
Sebelumnya akupun juga sudah beberapa kali pulang numpang mobilnya Pak Pram, tapi hanya turun sampai di perempatan Jl. Matraman saja, lalu aku melanjutkan perjalanan sampai ke Jl. Percetakan Negara dengan mikrolet. Kadang pula bareng dengan beberapa teman yang lain yang kebetulan juga searah. Tapi ini kali yang ke-2 Pak Pram mengantarku sampai di rumah. Dia memang atasan yang baik dan perhatian kepada semua bawahannya. Orangnya tampan, berwibawa, bijak dan kebapak2an, 38 th beranak 2.
“Diantar siapa tadi Mel, boss mu lagi ?” Tanya budeku menyusulku masuk kamar..
“Iya bude, Pak Pram.. tadi Mella kebetulan lembur bareng dia” jawabku sambil membuka jilbabku, dan mencopot aksesories2 yang menempel di bajuku.
Kata orang2 aku termasuk perempuan yang modis yang memperhatikan penampilan. Memang, aku suka tampil rapi dan menarik. Tak lupa selalu ku tambahkan pernak-pernik seperti bros, cincin, gelang atau kalung sebagai padanan pelengkap blouse dan jilbabku.
“Ati-ati nduk.. kamu harus bisa jaga diri dan kuat iman.. Sebagai gadis lajang yang sudah cukup berusia.. makin lama makin banyak godaannya.. Kalau tidak di goda laki2 hidung belang… ya di goda suami orang..” Lanjutnya.
“Hhh…. Iya bude” Sahutku. Kalimatnya yang terakhir agak sedikit membuatku kaget.
“Insya Allah Mella pasti akan hati-hati, tenang bude.. ngak mungkin Mella tergoda suami orang kok” tambahku.
“Termasuk Pak Pram” sambungku dalam hati..
“Lagipula memangnya Pak Pram menyukaiku, Ah dia hanya seorang atasan yang baik.. Ngak mungkin, barangkali akunya saja yang ke-GR-an..” Dalam hati aku bicara sendiri mencoba menepis kekhawatiran budeku..
“Kenapa toh Nduk, kamu tidak segera menikah saja? Tanya budeku lagi dengan kalimat sama yang sudah beberapa kali dilontarkan padaku.
Ingat usiamu… Bapak Ibumu ‘disana’ pasti juga akan senang kalau akhirnya anak gadisnya bersanding dengan pasangan hidupnya” Tambahnya.
“Iya bude.. tapi mungkin Allah memang belum memberikan Mella Jodoh bude, ya.. kita tunggu saja nanti.. Kalau sudah ada jodoh, Mella pasti menikah” Jawaban standartku yang masih selalu sama.
Aku memang tidak terlalu dekat dengan budeku untuk urusan masalah pribadi. Aku jarang sekali menceritakan siapa2 saja teman laki2 yang pernah singgah di kehidupanku. Mungkin karena dia bukan ibu kandungku sendiri, oleh karena itu aku tidak bisa banyak bercerita. Aku tinggal disini sejak 6 tahun yang lalu, setelah aku kehilangan semua keluargaku.
Memang sejak laki-laki terakhir yang aku cintai memutuskan hubungan 3 tahun lalu, aku belum pernah membina komitmen lagi, termasuk juga dengan Andri. (HN)
NB : Posting-an ini saru ngak sich ?? Maaf dech, kalau ada yang kurang berkenan.. Cerita ini hanya menyingkap sebagian kecil dari kisah kehidupan wanita2 lajang di metropolitan. Yang tak luput dari dilema, terombang ambing antara 'prinsip' dan godaan..
“Tidaaaaaaaaaaaaak !!!!” Batinku berteriak kala kuingat kejadian malam itu. Di jajaran bangku ruang bioskop 21, dalam kegelapan dia meremas-remas mesra jari-jari tanganku, sempat sesaat ku menikmati sentuhannya, dalam detakan jantung yang melaju cepat.. Dug.. dug.. dug.. dug.. dan uppsss…!!! aku agak tersentak.. bibirnya berhasil mendarat di pipi mulusku.. Ya Allah, ampuni aku..!! Entah mengapa aku tak bisa berkutik sedikitpun saat itu.. tubuhku mendadak dingin kaku. Otakku seperti orang binggung, tapi aku berusaha tampak ‘baik-baik’ saja.
Laki-laki itu salah satu yang mencoba mendekatiku, sudah hampir 2 thn dia mengejarku. Entahlah, tak bosan2nya Andri menyatakan cintanya padaku. Hingga saat ini hatiku tetap membisu, dalam lubuk yang paling dalam “dia bukan pilihanku”.
Sebagai perempuan lajang 29 thn yang sebatang kara, aku harus mandiri, kuat setegar baja. Apalagi aku hidup di tengah arus kota metropolitan ini, banyak cobaan yang menggoda. Peranggaiku yang supel, murah senyum dan terlalu ramah ini suka disalah artikan orang. Sebenarnya aku hanya ingin memiliki banyak sahabat dan saudara, dan juga aku ingin dihargai banyak orang, agar aku tidak selalu merasa sendiri dan kesepian dalam hidupku, apalagi saat ini ketika kedua orang tua dan adikku telah pergi meninggalkanku karena kecelakaan pesawat itu. Kini akhirnya aku tinggal bersama dengan keluarga bude ku.
Tidak ada laki-laki lain sebelumnya yang berani menyentuhku. Tidak juga kedua pacarku dulu. Aku selalu berusaha menjaga diri. Selalu terngiang-ngiyang wejangan para orang tua bijak kepada anak-anak gadis mereka, “Nak, jadi perempuan itu harus pandai menjadi diri dan kehormatan, sekali kamu kehilangan harga dirimu, selamanya kamu akan menyesal. Jangan pernah mempermalukan keluargamu”. Tapi entahlah apakah kalimat itu masih berlaku bagi seluruh wanita masa kini, apalagi mereka yang hidup di tengah gemerlapnya kota besar seperti Jakarta ini. Yup.. !! Hanya satu alasan yang masih tetap membuatku bertahan, Allah Tuhanku Yang Maha Melihat.. Aku tak sanggup bermaksiat di hadapan-Nya.
Sebagai wanita karir, mapan, bekerja di perusahaan yang bergengsi dan bergaul dengan banyak orang sebenarnya aku sudah tidak kaget lagi dengan maraknya kasus-kasus perzinahan, yang kian hari menjadi hal yang biasa dan tak tabu untuk diperbincangkan. Baik dari skandal perzinahan dengan kekasih gelap sampai dengan skandal perselingkuhan dengan rekan kerja.
Sore itu aku lelah sekali, banyak pekerjaan di kantor yang harus diselesaikan hingga aku harus pulang agak malam. Pak Pram sang manager, memintaku agar dia bisa mengantarku pulang.
“Mel, kamu pulang jam berapa?” tanyanya
“Kira-kira 10 menit lagi pak, tinggal menunggu konfirmasi dari pihak vendor saja mengenai kesalahan2 prosedur aplikasi”
“OK, saya juga akan segera pulang kok. Kamu kelihatan capek sekali, saya akan antar kamu sampai rumah”
“Wah.. Gak usah pak.. saya akan merepotkan Bapak nanti”
“Engaklah.. tempat tinggal saya kan searah dengan rumah mu”
“Hmmm….” Aku binggung, aku memang cukup letih, apa aku harus menolaknya..??
Hubunganku dengan semua rekan kerja termasuk dengan atasan memang cukup dekat. Memang seperti inilah budaya di kantorku, seperti layaknya di instansi-instansi BUMN lainnya, dalam hubungan kerja pun kami memiliki rasa kekeluargaan yang tinggi. Dari makan siang bersama, sampai nebeng pulang bareng teman yang searah, itu sudah hal yang biasa-biasa saja..
Sebelumnya akupun juga sudah beberapa kali pulang numpang mobilnya Pak Pram, tapi hanya turun sampai di perempatan Jl. Matraman saja, lalu aku melanjutkan perjalanan sampai ke Jl. Percetakan Negara dengan mikrolet. Kadang pula bareng dengan beberapa teman yang lain yang kebetulan juga searah. Tapi ini kali yang ke-2 Pak Pram mengantarku sampai di rumah. Dia memang atasan yang baik dan perhatian kepada semua bawahannya. Orangnya tampan, berwibawa, bijak dan kebapak2an, 38 th beranak 2.
“Diantar siapa tadi Mel, boss mu lagi ?” Tanya budeku menyusulku masuk kamar..
“Iya bude, Pak Pram.. tadi Mella kebetulan lembur bareng dia” jawabku sambil membuka jilbabku, dan mencopot aksesories2 yang menempel di bajuku.
Kata orang2 aku termasuk perempuan yang modis yang memperhatikan penampilan. Memang, aku suka tampil rapi dan menarik. Tak lupa selalu ku tambahkan pernak-pernik seperti bros, cincin, gelang atau kalung sebagai padanan pelengkap blouse dan jilbabku.
“Ati-ati nduk.. kamu harus bisa jaga diri dan kuat iman.. Sebagai gadis lajang yang sudah cukup berusia.. makin lama makin banyak godaannya.. Kalau tidak di goda laki2 hidung belang… ya di goda suami orang..” Lanjutnya.
“Hhh…. Iya bude” Sahutku. Kalimatnya yang terakhir agak sedikit membuatku kaget.
“Insya Allah Mella pasti akan hati-hati, tenang bude.. ngak mungkin Mella tergoda suami orang kok” tambahku.
“Termasuk Pak Pram” sambungku dalam hati..
“Lagipula memangnya Pak Pram menyukaiku, Ah dia hanya seorang atasan yang baik.. Ngak mungkin, barangkali akunya saja yang ke-GR-an..” Dalam hati aku bicara sendiri mencoba menepis kekhawatiran budeku..
“Kenapa toh Nduk, kamu tidak segera menikah saja? Tanya budeku lagi dengan kalimat sama yang sudah beberapa kali dilontarkan padaku.
Ingat usiamu… Bapak Ibumu ‘disana’ pasti juga akan senang kalau akhirnya anak gadisnya bersanding dengan pasangan hidupnya” Tambahnya.
“Iya bude.. tapi mungkin Allah memang belum memberikan Mella Jodoh bude, ya.. kita tunggu saja nanti.. Kalau sudah ada jodoh, Mella pasti menikah” Jawaban standartku yang masih selalu sama.
Aku memang tidak terlalu dekat dengan budeku untuk urusan masalah pribadi. Aku jarang sekali menceritakan siapa2 saja teman laki2 yang pernah singgah di kehidupanku. Mungkin karena dia bukan ibu kandungku sendiri, oleh karena itu aku tidak bisa banyak bercerita. Aku tinggal disini sejak 6 tahun yang lalu, setelah aku kehilangan semua keluargaku.
Memang sejak laki-laki terakhir yang aku cintai memutuskan hubungan 3 tahun lalu, aku belum pernah membina komitmen lagi, termasuk juga dengan Andri. (HN)
NB : Posting-an ini saru ngak sich ?? Maaf dech, kalau ada yang kurang berkenan.. Cerita ini hanya menyingkap sebagian kecil dari kisah kehidupan wanita2 lajang di metropolitan. Yang tak luput dari dilema, terombang ambing antara 'prinsip' dan godaan..
2 comments:
Wah..seneng bikin cerpen juga ya:)
dikirim aja Rin, bagus kok...
Ayo..ngga usah malu2 dipublikasikan...siapa tau...banyak yang suka juga...
Hehe.. Nanti dech kalau udah byk cerpen nya baru aku kirim.. Tapi kalo cerpen yg aku tulis pasti beda ya tema2 nya sama kalo yg nulis ibu RT.. hehehe...
Post a Comment